Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Peribahasa Ladondon Umborakanei Bua Teda'

Sebuah Obrolan Rural; Oleh : Feriantoding

buah teda

"Ladondon Umborakanei Bua Teda''. Yah, kurang lebih begitulah istilah yang cukup populer di kalangan masyarakat Toraja Mamasa. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang susunannya tetap dan memiliki arti tertentu, seperti perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup dan aturan tingkah laku. Sebuah peribahasa menarik di kalangan masyarakat Toraja Mamasa yang berbunyi "Ladondon Umborakanei Bua Teda'", jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, maka artinya sama dengan sebuah peribahasa "Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya. 

Sebagai perumpamaan, jika dibawah ke dalam konteks kehidupan manusia, pohon melambangkan seorang ayah atau ibu, sedangkan buah melambangkan seorang anak. Maka, dalam hal ini, tingkah laku, sifat, kepribadian dan karakter seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan sang ayah atau ibu. Pada dasarnya, peribahasa tersebut memang terbukti, bukan sekedar peribahasa kosong karena tentunya kita sudah mengalami fenomena tersebut. Entah itu dalam keluarga, bahwa memang tingkah laku, karakter, sifat dan kepribadian seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan orang tua. 

Namun, pernahkah kita berpikir bahwa bagaimana  jika seandainya pohon tersebut tumbuh di pinggir sungai ? besar kemungkinan bahwa buah yang jatuh akan terbawa arus sungai, artinya bahwa buah tersebut sudah jauh dari pohonnya. Jika kita kembali ke dalam konteks kehidupan manusia, maka sifat, tingkah laku, kepribadian dan karakter seorang anak sudah tidak sama dengan sang ayah atau ibu. 

Di era modernisasi sekarang ini, kehidupan antara orang tua dan anak sudah cenderung berbeda. Maka, dapat disimpulkan bahwa peribahasa ladondon umboraka nei bua teda' (buah jatuh tidak jauh dari pohannya) tidak selamanya berlaku dalam semua konteks. Apalah jadinya jika seorang anak mempunyai orang tua yang gemar mencuri  ? apakah sang ayah atau ibu juga akan mengajari anaknnya untuk mencuri  ? tentunya tergantung dari orang tua.

Dalam banyak kasus, ada berbagai opini masyarakat yang seolah-olah mengandung sikap diskriminatif, di mana mereka beranggapan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonya hanya merujuk pada gender anak laki-laki saja, padahal, dalam kehidupan nyata, tidak sedikit anak perempuan yang memiliki kesamaan dengan sang ayah. Kita sudah banyak menyaksikan sebuah cuitan yang dalam sekejap menjadi viral, bahkan menjadi bahan diskusi oleh tokoh-tokoh masyarakat, anak sekolah hingga ibu-ibu arisan dalam pertemuan di PKK.

Putrinya yang berbuat salah, namum kemudian dikaitkan lagi dengan perilaku sang ayah. Ini menjadi penegasan bahwa "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" tidak hanya merujuk kepada ayah dan anak tapi juga ibu dan anak. Dengan kata lain, bukan hanya membawah nama pribadi tetapi juga nama keluarga.

Jadi, kesimpulannya adalah: Peribahasa ladondon umboraka nei bua teda' (buah jatuh tidak jauh dari pohonnya) tidak selamanya berlaku dalam semua konteks. Ada kalanya kita perlu merevisi peribahasa terebut berdasarkan situasi di mana ia berada.



Posting Komentar untuk "Memahami Peribahasa Ladondon Umborakanei Bua Teda'"