Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menentukan Pilihan Hidup

By : Verry Toding

Pilihan hidup
(pixsabay.com)

Mungkin masih banyak di antara kita yang masih bingung untuk menentukan pilihan hidup kita, entah ingin berkarier di bidang apa, menentukan jurusan kuliah dan lain sebagainya. Saya harap artikel ini bisa memberikan sedikit sumbangsih pemikiran dalam menetukan pilihan hidup. 

Sebelumnya mari kita mencoba merenungkan kembali pilihan-pilihan signifikan yang pernah  kita tentukan dalam hidup kita, seperti saat memilih jurusan kuliah, atau saat memilih mau berkarir dibidang apa. Banyak atau sedikitnya kita pasti paham bahwa apa yang telah kita pilih itu memiliki peran penting dalam kehidupan kita sampai saat ini. Contohnya, seandainya dulu kita memilih jurusan kuliah yang lain, apakah kehidupan kita akan sama seperti saat ini, tentunya tidak. Begitu juga dengan pilihan bidang karir. Namun, pertanyaannya adalah, apa yang melatarbelakangi sehingga kita memilih hal-hal yang demikian, apakah karena motivasi diri kita sendiri, atau mungkin karena ada orang lain yang mengarahkan kita ke pilihan tersebut, entah itu orang tua, keluarga dekat atau mungkin teman kita.

Saya memiliki salah seorang teman yang baik dan cukup pintar, Sebut saja Randi. Bukan hanya saya mengatakan bahwa Randi ini pintar, tapi semua orang, keluarga dan teman sekolahnya juga mengatakan hal yang sama. Namun, karena sejak kecil dianggap pintar, jadinya semua orang memiliki pendapat yang sama terhadap Randi. Randi, kamukan pintar, kamu cocoknya kuliah jurusan teologi kependetaan saja, mulai dari orang tua, teman, guru dan semua orang terdekat Randi memngatakan hal yang sama, Kamu pintar, jadi pendeta saja. Ketika lulus SMK dan waktunya untuk melanjutkan studi ke tingkat perguruan tinggi, akhirnya dia memilih kuliah di salah satu perguruan tinggi teologi. Dan ternyata, di sanapun dia tetap jadi orang pintar dibidang yang dia pilih.sejak jaman SMK juga sama saat kuliah, orang-orang terdekatnya mulai mengatakan, wah kamukan pintar, nanti setelah lulus S1, kamu lanjut S2 saja. Dosennya bilang begitu, teman-temannya bilang begitu, keluarga juga bilang begitu. Tapi yang terjadi adalah begitu Randi lulus S1 dan melanjutkan studi S2 teologi diusia yang sudah dewasa, di situ dia mulai bingung tentang identitas dan tujuan, karena sepintar apapun dia di bidang teologi, tapi sebenarnya dia tidak begitu menyukai bidang tersebut. Namun, ketika ditanya, kalau bukan jadi pendeta, memangnnya kamu mau jadi apa, dan dia hanya diam. mengapa demikian, karena sejak kecil Randi terlalu bergantung kepada orang lain. Orang-orang terdekatnya tidak pernah menanyakan apa sebenarnya yang dia mau, orang-orang hanya sibuk mengatakan, kamu harus jadi ini jadi itu. Mereka terlalu sibuk menetukan opsi-opsi apa yang harus Randi pilih, 

Meskipun masih bingung, Randi tetap melanjutkan pilihan hidupnya sesuai dengan apa yang dikatakan orang lain. Akhirnya dia melanjutkan studi S2, dan lagi-lagi distudi S2 dia tetap berprestasi. Namun kali ini ada hal yang berbeda, Randi sudah mulai sadar bahwa ternyata ada banyak orang disekitarnya yang bisa bahagia dan sukses tanpa harus bergantung pada orang lain. Randi yang sebenarnya tidak terlalu senang dengan dunia teologi, pilihan itu sebenarnya berat. Di pikirannya ada banyak pertanyaan yang mulai muncul, apakah saya harus mejalani semua, apakah hanya ini jalan satu-satunya. Suatu saat ketika dia bertemu dengan teman-temannya, ternyata di antara mereka juga banyak yang mengalami hal serupa.

Nah untuk kita yang mengalami hal sperti ini, kita akan sampai pada sebuah dilema yang besar, apakah kita akan melanjutkan hidup sesuai dengan pilihan orang lain dengan segala ketidaknyamanan, atau kita memilih untuk mencari sendiri apa sebenarnya yang menjadi pilihan dan tujuan kita. Sejauh yang saya pahami, saat itu Randi sempat depresi. Namun pada akhirmanya dia memberanikan diri untuk keluar dari dunia teologi dan membangunnnya jati dirinya dari awal, terlepas dari berapa banyak pengorbanan yang sudah dai keluarkan. Ahirnya setelah mencoba berbagai hal baru di luar dunia tologi, kini Randi menemukan hal baru yang dia senangi, hal ini yang memberikan dia sebuah kebahagiaan baru yang belum pernah dia temukan sebelumnnya. Konsep ini mungkin bisa disebut dengan memenjarakan pikiran.

Memenjarakan pikiran mencakup banyak hal, namun salah satu yang sering terlihat adalah ketika kita akan menentukan sebuah pilihan kemudian menjalaninya hanya karena kita menganggap bahwa tidak ada lagi pilihan lain. Kadang-kadang kita sering terjebak pada sebuah pilihan, entah itu juruasan kuliah atau karir yang tidak kita sukai, namun tetap kita jalani hanya karena kita tidak tahu bahwa senarnya ada banyak pilihan lain, bahkan mungkin karena kita berpikir bahwa hanya ini satu-satunya jalan yang bisa kita lalui. Namun, sebenarnya opsi lain itu banyak. dan pertanyaannya adalah, apakah kita senang dengan hal itu. Yang kedua adalah mengapa kadang-kadang kita menganggap bahwa tidak ada lagi pilihan lain untuk kita.

Jawabannya adalah

  1. Karena adanya tekanan dari orang-orang di sekitar kita dan akhirnya kita merasa bahawa sudah tidak ada jalan pilihan lain, namun sebenarnya banyak. 
  2. Karena adanya pengaruh dari orang lain, pada akhirnya kita menjadi takut untuk memilih dan menentukan pilihan kita sendiri, apakah dengan pilihan itu kita akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Bagaimana jika ternyata lebih buruk, tentunya akan membuat kita frustasi.
  3. dan yang ketiga adalah, karena kita memang tidak tahu bahwa ada banyak pilihan lain, sehingga kita berpkir bahwa jika kita tidak menjalani ini, hidup kita tidak akan baik-baik saja.

Intinya, jika kita memahami bahwa akan selalu ada pilihan lain tentang hal-hal yang kita jalani, kita akan lebih bebas untuk mencari tahu hal yang sebenarnya lebih cocok untuk kita. Kerena itu kita perlu memahami dulu apa yang sebenarnya kita senangi, karena hal itu memegang peran yang sangat penting untuk masa depan kita.  

Semoga bermanfaat

Posting Komentar untuk "Menentukan Pilihan Hidup"